Minggu, 31 Januari 2016

Konspirasi Dunia Part II

Tragedi Holocaust Bohong Besar

·         Ketika Gerakan Antisemit Mempertanyakan Kebenaran

Propaganda inilah yang menjadi keyakinan masyarakat dunia sejak lama. Hingga kemudian seorang Ahmadinejad muncul dan berkata dengan lantang, “Holocaust itu sebuah kebohongan!”



Israel mengklaim bahwa lebih dari enam juta orang Yahudi tewas pada masa kekejaman Hitler dan pasukan Nazinya yang pasa saat itu menguasai Eropa. Orang-orang Yahudi ditangkap dan dipenjarakan dalam kamp-kamp konsentrasi Jerman. Mereka dibiarkan kelaparan, disiksa, dan dijadikan kelinci percobaan senjata kimia buatan para ahli Jerman. Propaganda inilah yang menjadi keyakinan masyarakat dunia sejak lama. Hingga kemudian seorang Ahmadinejad (Presiden Iran) muncul dan berkata, “Holocaust itu sebuah kebohongan!”

Tidak hanya pemimpin Iran itu yang yakin bahwa Israel telah merekayasa jumlah Yahudi yang menjadi korban Nazi, tetapi Presiden Venezuela juga membantah keras klaim enam juta orang yang selama ini dipercaya. Keduanya yakin bahwa angka itu hanya bentuk propaganda Israel untuk mencari simpati dunia agar melupakan kekejaman dan penjajahan Israel sendiri terhadap negara-negara Islam di Timur Tengah, khususnya Palestina. Hal ini juga merupakan strategi Israel agar dunia merasa berutang kepada bangsa Yahudi. Terbukti bahwa Israel merupakan negara peerima bantuan keuangana dan teknologi paling banyak dari para raksasa ekonomi dan teknologi internasional.

·         Penyelidikan Berujung Penjara

Para penentang holocaust biasanya disebut “revisinis”. Mereka aktif melakukan penyelidikan kebenaran peristiwa krlam holocaust, meskipun telah ada ancaman dari sepuluh negara Eropa bagi siapa saja yang meragukan kebenarannya. Mereka akan dituduh sebagai antisemit dan akan ditangkap serta dipenjarakan di sejumlah negara, termasuk Perancis, Polandia, Austria, Swiss, Belgia, Rumania, dan Jerman sendiri.
Presiden Palestina terpilih, Dr. Mahmoud Abbas dalam disertasinya meragukan kebenaran keberadaan kamar gas yang digunakan untuk membunuh orang-orang Yahudi. Ia mengatakan bahwa angka korban Yahudi yang terbunuh tak lebih dari satu juta, bukan enam juta jiwa.

Tak hanya itu, dari kalangan ilmuwan barat sendiri ada beberapa yang menyangkal kebenaran holocaust,seperti Roger Garaudy (pengarang asal Perancis), Profesor Robert Maurisson (ilmuwan asal Inggris), Ernst Zundel (tokoh revisinis kelahiran Jerman), dan David Irving (ahli sejarah asal Inggris). Ironisnya hamper semua dinyatakan bersalah dan dijebloskan ke dalam penjara. Contohnya pada peristiwa 15 Februari 2007 yang menimpa Ernst Zundel yang mengakibatkan dirinya di penjara selama 5 tahun.

Helbert Schaller, pengacara yang mewakilinya mengatakan bahwa semua bukti tentang adanya holocaust hanya berdasarkan pengakuan korban-korbannya bukan atas fakta-fakta yang jelas. Kemudian pada tahun 1964, Paul Rassinier korban holocaust yang selamat menerbitkan buku memoir berjudul The Drama of European Jews yang mempertanyakan apa yang diyakini dari holocaust selama ini. Ia mengklaim dalam bukunya bahwa tidak ada kebijakan penusnahan massal oleh Nazi terhadap Yahudi, tak ada kamar gas, dan jumlah korban tak sebesar itu.

Sementara itu tentang tragedy di Auschwitz, Robert Faurisson seorang professor literature dari Universitas of Lyons mengklaim bahwa penyakit tipuslah yang membunuh para tawanan, bukan kamar gas. Pernyataan Robert Faurisson semakin diperkuat dengan penyelidiakn teknis seorang ahli konstruksi dan instalasi alat eksekusi dari AS, Fred Leuchter. Fred perg ke Auschwitz untuk melakukan penyelidikan dan mengetes tempat itu. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut bahwa kamar gas di Auschwitz memang ada, tapi tidak mungkin digunakan untuk membunuh orang.

Di sisi lain, para revisionis mengklaim bahwa kamar gas itu berisi zat zyklon-B untuk pengasapan pakaian agar bakteri-bakteri di pakaian mati. Jadi, tidak mungkin digunakan untuk mengeksekusi manusia.

Keraguan-keraguan revisionis bersumber dari tidak adanya dokumen Jerman yang berisi tentang rencana pemusnahan massal orang Yahudi di Eropa, seperti dokumen tentang perintah, rencana, anggaran, dan rancangan senjata untuk pemusnahan Yahudi. Bahkan, seorang Winston Churchil yang menulis 6 jilid karya monumentalnya, The Second World War tidak sekalipun menyinggung adanya program Nazi untuk membantai orang Yahudi. Demikian pula Jenderal Eisenhower yang dalam tulisannya Crusade yang ada hanyalah ucapan-ucapan petinggi Nazi yang menggambarkan kebencian terhadap Yahudi.

Jadi sungguh aneh tidak ada jejak-jejak catatan tertinggal yang dapat membuktikan kebenaran adanya pemusnahan orang-orang Yahudi oleh Hitler dan tentaranya. Juka memang benar angaka korban genosida sebombastis itu (6 juta jiwa), tentunya aka nada kecaman yang terdata dari Paus, organisasi Palang Merah, atau pemimpin-pemimpin dunia ketika itu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar