Tragedi Holocaust Bohong Besar
·
Ketika Gerakan Antisemit Mempertanyakan
Kebenaran
Propaganda
inilah yang menjadi keyakinan masyarakat dunia sejak lama. Hingga kemudian
seorang Ahmadinejad muncul dan berkata dengan lantang, “Holocaust itu sebuah kebohongan!”
Israel
mengklaim bahwa lebih dari enam juta orang Yahudi tewas pada masa kekejaman
Hitler dan pasukan Nazinya yang pasa saat itu menguasai Eropa. Orang-orang
Yahudi ditangkap dan dipenjarakan dalam kamp-kamp konsentrasi Jerman. Mereka
dibiarkan kelaparan, disiksa, dan dijadikan kelinci percobaan senjata kimia
buatan para ahli Jerman. Propaganda inilah yang menjadi keyakinan masyarakat
dunia sejak lama. Hingga kemudian seorang Ahmadinejad (Presiden Iran) muncul
dan berkata, “Holocaust itu sebuah
kebohongan!”
Tidak
hanya pemimpin Iran itu yang yakin bahwa Israel telah merekayasa jumlah Yahudi
yang menjadi korban Nazi, tetapi Presiden Venezuela juga membantah keras klaim
enam juta orang yang selama ini dipercaya. Keduanya yakin bahwa angka itu hanya
bentuk propaganda Israel untuk mencari simpati dunia agar melupakan kekejaman
dan penjajahan Israel sendiri terhadap negara-negara Islam di Timur Tengah,
khususnya Palestina. Hal ini juga merupakan strategi Israel agar dunia merasa
berutang kepada bangsa Yahudi. Terbukti bahwa Israel merupakan negara peerima
bantuan keuangana dan teknologi paling banyak dari para raksasa ekonomi dan
teknologi internasional.
·
Penyelidikan Berujung Penjara
Para
penentang holocaust biasanya disebut “revisinis”. Mereka aktif melakukan penyelidikan
kebenaran peristiwa krlam holocaust, meskipun telah ada ancaman dari sepuluh
negara Eropa bagi siapa saja yang meragukan kebenarannya. Mereka akan dituduh
sebagai antisemit dan akan ditangkap serta dipenjarakan di sejumlah negara,
termasuk Perancis, Polandia, Austria, Swiss, Belgia, Rumania, dan Jerman
sendiri.
Presiden
Palestina terpilih, Dr. Mahmoud Abbas dalam disertasinya meragukan kebenaran
keberadaan kamar gas yang digunakan untuk membunuh orang-orang Yahudi. Ia
mengatakan bahwa angka korban Yahudi yang terbunuh tak lebih dari satu juta,
bukan enam juta jiwa.
Tak
hanya itu, dari kalangan ilmuwan barat sendiri ada beberapa yang menyangkal
kebenaran holocaust,seperti Roger Garaudy (pengarang asal Perancis), Profesor Robert
Maurisson (ilmuwan asal Inggris), Ernst Zundel (tokoh revisinis kelahiran
Jerman), dan David Irving (ahli sejarah asal Inggris). Ironisnya hamper semua
dinyatakan bersalah dan dijebloskan ke dalam penjara. Contohnya pada peristiwa
15 Februari 2007 yang menimpa Ernst Zundel yang mengakibatkan dirinya di
penjara selama 5 tahun.
Helbert
Schaller, pengacara yang mewakilinya mengatakan bahwa semua bukti tentang
adanya holocaust hanya berdasarkan pengakuan korban-korbannya bukan atas
fakta-fakta yang jelas. Kemudian pada tahun 1964, Paul Rassinier korban
holocaust yang selamat menerbitkan buku memoir berjudul The Drama of European Jews yang mempertanyakan apa yang diyakini
dari holocaust selama ini. Ia mengklaim dalam bukunya bahwa tidak ada kebijakan
penusnahan massal oleh Nazi terhadap Yahudi, tak ada kamar gas, dan jumlah
korban tak sebesar itu.
Sementara
itu tentang tragedy di Auschwitz, Robert Faurisson seorang professor literature
dari Universitas of Lyons mengklaim bahwa penyakit tipuslah yang membunuh para
tawanan, bukan kamar gas. Pernyataan Robert Faurisson semakin diperkuat dengan
penyelidiakn teknis seorang ahli konstruksi dan instalasi alat eksekusi dari
AS, Fred Leuchter. Fred perg ke Auschwitz untuk melakukan penyelidikan dan
mengetes tempat itu. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut bahwa kamar gas
di Auschwitz memang ada, tapi tidak mungkin digunakan untuk membunuh orang.
Di
sisi lain, para revisionis mengklaim bahwa kamar gas itu berisi zat zyklon-B
untuk pengasapan pakaian agar bakteri-bakteri di pakaian mati. Jadi, tidak
mungkin digunakan untuk mengeksekusi manusia.
Keraguan-keraguan
revisionis bersumber dari tidak adanya dokumen Jerman yang berisi tentang
rencana pemusnahan massal orang Yahudi di Eropa, seperti dokumen tentang
perintah, rencana, anggaran, dan rancangan senjata untuk pemusnahan Yahudi.
Bahkan, seorang Winston Churchil yang menulis 6 jilid karya monumentalnya, The Second World War tidak sekalipun
menyinggung adanya program Nazi untuk membantai orang Yahudi. Demikian pula
Jenderal Eisenhower yang dalam tulisannya Crusade
yang ada hanyalah ucapan-ucapan petinggi Nazi yang menggambarkan kebencian
terhadap Yahudi.
Jadi
sungguh aneh tidak ada jejak-jejak catatan tertinggal yang dapat membuktikan
kebenaran adanya pemusnahan orang-orang Yahudi oleh Hitler dan tentaranya. Juka
memang benar angaka korban genosida sebombastis itu (6 juta jiwa), tentunya aka
nada kecaman yang terdata dari Paus, organisasi Palang Merah, atau
pemimpin-pemimpin dunia ketika itu.